Thursday, August 04, 2005
Naga dan Gypsi
hanya didiami oleh seorang petani. Gypsi itu lalu bertanya kepada Pak Petani
itu,"Mengapa kota ini sepi sekali? Apa yang terjadi?"
Petani itu lalu bercerita bahwa kota itu telah dikutuk. Orang yang sudah
menginjakkan kakinya di kota itu tidak akan bisa keluar. Seekor naga datang
setiap hari untuk menyantap penduduk kota itu. Hingga lama-kelamaan,
habislah penduduk desa itu. Naga akan datang besok untuk makan si petani,
dan lusa ."Lusa naga itu akan memakan diriku!!!" Begitu seru gypsi. Tapi
dia tidak takut. Malamnya, ia tetap beristirahat dan tidur dengan pulas di
rumah si petani. Keesokan paginya, terdengar suara gemuruh.
Naga yang menyeramkan itu datang! Ketika naga melangkah, bumi bergoncang dan
bunyinya berdentum keras. Petani sudah sangat ketakutan. Ia bersembunyi di
gudang miliknya. Sementara itu, si gypsi tenang-tenang saja. Ia justru ingin
menghadapi naga itu, walaupun naga itu besar sekali. Ketika naga sudah
dekat, gypsi menantang naga itu. Teriaknya,"Hei, naga! Makan saja aku kalau
kau mau. Tapi kau tidak akan bisa mengunyahku. Kau harus menelanku
bulat-bulat. Dan kalau aku sudah ada di perutmu, aku akan mengoyakmu dari
dalam, dan kau akan mati."
Naga itu mendengus. Naga tidak takut ditantang seperti itu. Ia malah semakin
menunjukkan kekuatannya. Naga lalu mengambil batu dan meremasnya sampai
menjadi debu.
Gypsi tertawa melihat perbuatan naga. Kata gypsi,"Hahaha. Hanya itu yang
bisa kau lakukan? Itu sih belum seberapa. Aku lebih kuat darimu. Aku bisa
memeras air dari batu!"
Lalu gypsi yang cerdik itu tidak mengambil batu, melainkan keju yang ia
sembunyikan di tanah. Gypsi lalu memerasnya sampai mentega susunya
keluar."Lihat kan? Ayo, sekarang kalau kau berani, makan saja aku!"
Melihat hal itu, naga sangat tercengang. Ia tidak menyangka si gypsi
memiliki kekuatan yang luar biasa seperti itu. Naga jadi takut hingga lari
terbirit-birit.
Gypsi dan petani itu lega karena tidak jadi santapan si naga. Dan sejak saat
itu, naga yang pengecut tidak pernah kembali lagi. Kutukan terhadap desa itu
pun sirna.
[Dongeng ini diambil dari Seri Dongeng Sedunia, yang ditulis oleh Gianni
Padoan]
0 Comments:
Want to Post a Comment?