Saturday, November 26, 2005
Hadiah Orang-orang Mungil
Suatu malam, setelah matahari terbenam, mereka mendengar musik di kejauhan.
Suaranya aneh, tapi sangat merdu. Tukang jahit dan tukang kayu bergegas
mencari asal suara itu.
Mereka berjalan terus, sampai tiba di sebuah bukit. Dari kejauhan, mereka
melihat sekelompok orang mungil sedang menyanyi dan menari membentuk
lingkaran. Mereka terlihat begitu bergembira. Di tengah lingkaran, duduklah
seorang kakek mungil dengan janggut kelabu panjang.
Tukang jahit dan tukang kayu berdiri menyaksikan tarian itu dengan
terpesona. Ketika kakek itu melihat mereka, ia berkata,"Kemarilah! Ikutlah
menari bersama kami."
Lalu tukang jahit dan tukang kayu segera ikut menari. Tak lama kemudian,
kakek itu mengambil pisau dari sabuknya dan memandang tukang kayu dan tukang
jahit. Tukang kayu dan tukang jahit ketakutan, tapi tak ada waktu untuk
melarikan diri. Secepat kilat, kakek itu mencukur seluruh rambut mereka.
Begitu kakek selesai, ia berkata,"Terima kasih ya! Sebagai ucapan terima
kasihku, ambilah beberapa batu bara di tumpukan sana. "
Tukang kayu dan tukang jahit tak tahu apa guna batu bara itu. Tapi mereka
ambil saja beberapa dan memasukkannya ke dalam kantung mantelnya.
Keduanya lalu pulang ke rumah. Pagi harinya, tukang jahit dan tukang kayu
hendak berangkat kerja. Mereka lalu mengenakan mantelnya. Tapi, mantelnya
terasa berat. Ketika dirogoh, ternyata bukan batu bara yang ada di dalam
kantung, melainkan bongkahan emas! Emas murni!! Dan ketika mereka saling
pandang, rambut mereka sudah tumbuh lagi, setebal sebelumnya!
Kini tukang jahit dan tukang kayu sudah kaya. Namun, ternyata tukang kayu
serakah. Ia ingin mendapatkan emas lagi.
Maka, tukang kayu kembali ke bukit tempat kakek mungil tinggal. Saat itu,
orang-orang mungil sedang bernyanyi dan menari membentuk lingkaran. Sama
seperti yang dilihatnya dulu. Kakek mungil lalu melihat si tukang kayu.
Kakek mungil menyapanya,"Kau lagi, tukang kayu? Senang sekali kau datang. "
Lalu, sekali lagi, kakek mungil mengeluarkan pisaunya dan mencukurnya rambut
tukang kayu sampai botak. Kemudian, kakek berkata lagi,"Terima kasih atas
sumbangan rambutmu ini. Ambillah beberapa buah batu bara."
Karena serakah, tukang kayu segera mengambil batu bara sebanyak-banyaknya.
Sampai kantung mantelnya penuh sekali. Tukang kayu lalu mengucapkan terima
kasih dan langsung menuju rumah.
Tukang kayu gembira sekali telah membawa pulang banyak batu bara. Ia
berharap keesokan paginya, semua batu bara itu akan berubah menjadi emas
murni.
Pagi-pagi sekali, tukang kayu bangun. Ia langsung memeriksa kantung
mantelnya. Tapi ia terkejut sekali, karena yang ia temukan hanya batu bara
hitam yang berdebu. Tak ada emas!! Ia merogoh terus-menerus, hingga
tangannya menjadi kotor. Tukang kayu lalu memeriksa emas yang dimilikinya
sebelumnya. Ternyata emas itu telah berubah lagi menjadi batu bara! Tak
hanya itu, ketika ia memegang kepalanya, ternyata kepalanya masih sebotak
telur!!!
Yah, begitulah nasib orang yang serakah. Mau untung, malah buntung.
[Dongeng ini diambil dari Kumpulan Dongeng Sebelum Tidur, yang disusun oleh
Ronne P. Randall]