Friday, January 20, 2006
Pipin, Si Burung Kecil
sarang diantara cabang-cabang pohon. Suatu hari, Pipin terbang mencari
makan. Ia lalu istirahat sejenak dengan hinggap di cabang sebuah pohon.
Tiba-tiba, datanglah seekor camar laut. Camar laut itu mengejek si Pipin.
Katanya, "Pipin, kehidupan yang kaumiliki pasti sangat membosankan.
Sehari-hari, kau hanya terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Pasti kau
tidak pernah melihat hal-hal yang lain. Lihat dong aku! Aku menjelajah
kemana saja yang aku mau, dari laut ke langit terbuka yang luas!"
Pipin menghela napas, lalu berkata, "Yah.. Memang kau benar, camar laut."
Pipin jadi berpikir. Ia ingin merasakan petualangan yang lebih seru dan
menantang! Maka ia pun berseru! "Aku tak peduli apa yang dikatakan orang
lain! Aku harus terbang jauh dari sini, sekarang juga! Aku ingin mengalami
petualangan yang seru! Aku tak boleh lagi menjalani hidup yang membosankan
ini, lebih lama lagi!"
Maka, Pipin segera terbang melesat menembus langit biru! Pipin merasa sangat
bangga pada dirinya sendiri! Ia merasa seperti burung yang paling hebat di
dunia. Ia terbang melewati pepohonan yang tinggi, menyusuri sungai, terus
sampai ke laut.
Pipin berteriak kegirangan, "Hebat sekali!! Inilah dunia yang pas untukku!"
Pipin tak memikirkan tubuhnya yang lelah setelah menempuh perjalanan
panjang. Indahnya laut membuatnya lupa pada hal itu. Memang laut jauh lebih
indah dari tempat tinggal Pipin dulu. "Aku masih betah tinggal di sini."
Ucapnya.
Tak lama kemudian, Pipin akhirnya lelah juga. Ia lalu pergi mencari tempat
yang nyaman untuk dijadikan sarang. Ia ingin beristirahat. Atas nasihat
camar laut, Pipin memilih membuat sarang di sebuah kapal laut. Mula-mula
Pipin merasa nyaman, namun. "Aduh, tidak enak sekali tidur disini! Keras dan
.. ugh.. goncangan ombak ini membuatku mual! Sarangku di pohon dulu lebih
nyaman." Keluhnya.
Lalu, Pipin mulai merasa lapar. Ia berharap menemukan buah-buahan. Namun, di
laut sama sekali tak ada buah-buahan yang lezat. Camar laut menyuruhkan
memakan makanan mereka. Yaitu ikan mentah. Pipin mencobanya, lalu."Yuck! Aku
tak mungkin makan ini. Sama sekali tidak enak!" Teriaknya.
Pipin jadi rindu sekali pada sarangnya di perkotaan dan buah-buahan di
pepohonan. Ia ingin kembali pulang. Mungkin, kehidupan di kota - seperti
yang dijalaninya - membosankan, tapi itu tak terlalu buruk kan? Buktinya
Pipin selalu ceria dan bahagia tinggal di sana.
[Dongeng diambil dari 365 Cerita Sebelum Tidur, ditulis oleh
Maureen Spurgeon]
0 Comments:
Want to Post a Comment?