Saturday, August 13, 2005
Lahirnya Kupu-Kupu
---------------------
Konon, sebelum manusia menghuni Benua Australia, hewan-hewan dapat berbicara
dengan sesamanya, dan mereka tidak pernah mengalami kematian. Di musim
panas, berbagai jenis hewan sering berkumpul di bawah pohon gum, yaitu pohon
getah yang banyak terdapat di pedalaman Australia.
Tiba-tiba seekor burung kakaktua terjatuh dari pohon dan lehernya patah. Dia
tergeletak lemas di atas tanah. Semua hewan berdiri mengelilingi burung itu
dan berusaha membangunkannya, tetapi tidak berhasil. Mereka semua bingung
dan tidak memahami apa yang terjadi.
Maka diadakan rapat umum. Pertama, yang diminta bicara adalah burung hantu,
karena dia dianggap sebagai pengamat yang baik. Namun, dia tidak bisa
memberi penjelasan.
Lalu mereka meminta penjelasan dari gagak, yang dianggap punya pengetahuan
luas. Si gagak berpikir sejenak, lalu melempar sebatang tongkat ringan yang
runcing, namanya wit-wit.
Wit-wit itu tenggelam, tetap kemudian pelan-pelan muncul lagi ke permukaan.
Gagak lalu berkata, "Nah, itu yang terjadi. Kita semua akan memasuki dunia
lain, lalu kembali lagi. Persis seperti tongkat itu."
Hewan-hewan yang lain mengangguk-angguk. Tapi mereka butuh bukti. Maka
diminta beberapa sukarelawan yang mau mencoba mengalami hidup di dunia lain
dan kembali lagi. Banyak hewan yang takut, tapi beberapa jenis reptil mau
mencoba. Mereka adalah si goanna, ular, dan wombat.
Gagak lalu berkata, "Baiklah, kalian harus hidup dalam kegelapan, tidak
melihat, dan tidak makan selama musim dingin. Lalu kalian harus kembali
dalam bentuk yang berbeda."
Goanna, ular dan wombat hidup dalam kegelaman selama musim dingin.
Ketika musim semi tiba, semua berdebar-debar menunggu apa yang akan dilihat.
Pelan-pelan, satu per satu keluar dari liang gelap. Mula-mula si goanna.
Yah, bentuknya masih seperti semula. Lalu keluarlah si ular. Sama! Tak ada
yang berubah. Demikian juga dengan si wombat. Masih sama juga!
Maka, diadakan rapat sekali lagi. Gagak berkata, "Kita tak boleh patah
semangat. Mari kita beri kesempatan kelompok serangga untuk mencobanya."
Maka, si kutu air dibungkus dengan kulit pohon dan dilempar ke dalam air. Si
ulat dan si ngengat disisipkan di sela-sela kulit pohon. Semua hewan
kemudian menunggu datangnya musim semi dengan penuh harapan.
Ketika musim semi tiba, pagi-pagi sekali, tiba-tiba, dari berbagai arah
berterbangan hewan serangga bersayap. Ada kupu-kupu dengan sayapnya yang
berwarna indah, ada capung-capung berterbangan, dan ada kunang-kunang yang
terbang berkelip indah di pagi buta itu.
Gagak lalu bertanya kepada serangga itu, "Siapa kalian? Dari mana kalian
datang?"
"Aku si ulat," kata si kupu-kupu. Lalu si capung berkata, "Akulah si kutu
air." Kunang-kunang ikut menjawab, "Kalau aku si ngengat."
Semua memandang perubahan itu dengan takjub. Gagak berkata lagi, "Kita sudah
memecahkan misteri itu. Ternyata kawan-kawan kita dari jenis serangga bisa
mengalami kehidupan lain dan kembali lagi dalam bentuk lain."
Semua gembira. Sejak saat itu, setiap musim semi, peristiwa yang sama
terjadi lagi.
[Dongeng ini diambil dari Cerita Rakyat Dari Australia, ditulis oleh
Rochayah Machali]
0 Comments:
Want to Post a Comment?