Tuesday, August 16, 2005
Sosis Nenek Corry
Ja haimemashou....
--------------------------
Bertahun-tahun, Pak Petter bekerja keras sebagai petani gandum. Namun,
hidupnya tetap miskin. Walaupun begitu Pak Petter sudah cukup senang dengan
hidupnya sekarang, karena ia bisa mencukupi segala kebutuhan pokok dia dan
istrinya. Sebaliknya, Bu Petter tidak pernah puas. Setiap hari, ia mengeluh
dan marah-marah pada suaminya. "Aku bosan jadi miskin! Kalau kita kaya, kita
bisa makan enak dan memakai pakaian yang indah." Demikian kata Bu Petter.
Esoknya, pagi-pagi Pak Petter sudah berjalan menuju sawah. Di pinggir
sungai, ia melihat benda kecil berkilauan. Ketika didekati, ternyata kereta
emas mungil yang ditarik oleh empat ekor kuda yang juga mungil. Kereta emas
berikut kuda hanya sebesar kepalan tangan Pak Petter. Di dalamnya ada
seorang nenek bergaun emas. Nenek mungil itu berkata pada Pak Petter, "Roda
keretaku terperosok lumpur. Tolong angkatkan.."
Segera saja Pak Petter mengangkat kereta dan penumpangnya itu. Nenek bergaun
emas lalu berkata lagi, "Terima kasih atas pertolonganmu. Namaku Nenek
Corry. Bila kau dan istrimu membutuhkan sesuatu, sebut saja namaku. Aku akan
memberimu kesempatan memanggil namaku tiga kali."
Setelah berkata demikian, Nenek Corry pun menghilang. Pak Petter yang masih
terkejut langsung berlari pulang. Di rumah, ia menceritakan semuanya pada Bu
Petter. Tapi Bu Petter menanggapinya dengan sinis.
"Aku tidak percaya pada ceritamu. Mana mungkin ada kereta emas sebesar
kepalan tangan? Lalu mengapa tak kau ambil saja kereta emas itu. Nanti bisa
kita jual."
Pak Petter tidak diam saja. Ia terus menyakinkan bahwa ia tidak berbohong.
Pak Petter lalu bercerita pada bantuan yang akan diberikan oleh Nenek Corry,
hanya dengan menyebut nama Nenek Corry.
Bu Petter jadi penasaran. Ia ingin membuktikan cerita suaminya. Bu Petter
ingin meminta sesuatu pada Nenek Corry."Nenek Corry, aku ingin sosis yang
gurih dan lezat."
Ajaib! Seketika itu juga di hadapan Bu Petter dan istrinya terhidang sosis
besar. Hmm.. aromanya sungguh gurih dan lezat. Bu Petter lalu meminta
suaminya mengambil sosis itu, tapi Pak Petter hanya diam saja. Ia masih
takjub dan bingung. Karena kesal, Bu Petter lalu berteriak, "Nenek Corry,
minta sosis lagi. Tapi jatuhkan tepat di hidung suamiku agar ia tahu sosismu
gurih aromanya."
Pluk! Jatuhlah sosis tepat di hidung Pak Petter. Sosis itu besar dan panjang
sekali. Saking panjangnya sosis itu sampai menyentuh api di perapian. Api di
ujung sosis pun berkobar-kobar.
Pak Petter ketakutan dan istrinya menjerit-jerit. "Aduh, tolong! Tolong!
Bagaimana ini? Aduh, Pak! Pak!"
Pak Petter berusaha menarik sosis itu dari hidungnya dengan sekuat tenaga.
Tapi sia-sia. Bu Petter lalu berteriak, "Nenek Corry, tolong lepaskan sosis
ini dari hidung suamiku!"
Braak!! Pak Petter terpental menimpa tumpukan kayu, tapi sosis itu berhasil
lepas dari hidungnya. Bu Petter lega sekali. Bu Petter lalu berkata, "Untung
sosis itu bisa lepas. Yah.. kita sudah kehilangan kesempatan meminta bantuan
pada Nenek Corry. Semuanya sudah kita gunakan. Tapi tidak apa-apa lah.. Yang
penting kita sehat dan bahagia."
Sejak itu, Bu Petter tidak pernah lagi mengeluh atau marah-marah. Sosis
Nenek Corry telah menyadarkan istri petani itu.
[Dongeng ini berasal dari Inggris, diceritakan kembali oleh T. Darsian,
diambil dari Majalah Kids Fantasi]
0 Comments:
Want to Post a Comment?