Sunday, January 29, 2006
Donki, Yang Sok Pintar
Pak Tani pergi ke kota untuk menjual hasil kebun dan membeli barang-barang
kebutuhannya. Jika dagangannya laku, Pak Tani akan mampir ke warung dan
makan-makan sambil mengobrol dengan teman-temannya.
Dalam perjalanan pulang, Pak Tani biasanya tertidur kecapekan. Donki-lah
yang harus tahu jalan pulang. Untunglah, karena sudah bertahun-tahun selalu
lewat jalan yang sama, Donki menjadi hafal.
Suatu hari, Donki berpikir, "Ah, Pak Tani.. Tidur lagi, tidur lagi. Untung
aku sudah hafal jalan. Oya, kalau tertidur, Pak Tani tidak akan tahu kalau
aku mengambil jalan lain. Jalan yang biasa kutempuh jauh sekali. Kalau aku
menyeberang disini, aku tidak akan terlalu capek. Lumayan, memintas dua
kilometer."
Menyeberangi sungai di bukan tempat yang biasa kelihatannya adalah akal yang
hebat. Donki segera menceburkan diri ke sungai.
Ternyata, bagian sungai di situ dalam sekali. Itulah sebabnya mengapa Pak
Tani selalu memilih jalan memutar agak jauh di bagian sungai yang tidak
terlalu dalam.
Donki tidak putus asa. Dia berusaha berenang ke seberang. Air sungai
membasahi muatan gerobak. Untung muatannya garam. Garam larut dalam air,
jadi begitu sampai di seberang, hampir seluruh muatan gerobak sudah larut.
"Ah, muatanku berkurang beratnya.. "
Donki senang sekali, karena muatan gerobak yang harus ditariknya tinggal
sedikit. Gerobak jadi enteng. Donki pun berhasil menyeberangi sungai yang
dalam.Sejak itu, Donki berniat, "Mulai sekarang, aku akan pulang
menyeberangi sungai ini. Aku tidak akan capek lagi. "
Namun, sesampainya di rumah, Pak Tani terheran-heran melihat garamnya
tinggal sedikit. Kemana garam-garam itu? Hanya Donki yang tahu.
Minggu berikutnya, seperti biasa, Pak Tani dan Donki pergi ke pasar.
Dagangannya Pak Tani laku keras. Seperti biasa pula, ia tidur nyenyak dalam
perjalanan pulang. Donki-lah yang harus memilihkan jalan.
Merasa dirinya pandai, sekali lagi Donki menceburkan diri ke sungai.
Konyol benar dia, sebab kali ini muatan gerobaknya adalah KAPUK. Kapuk
menyerap air. Kapuk jadi berat jika basah, tapi ringan seperti bulu jika
kering. Gerobak itu berubah jadi berat sekali - kapuknya basah!
"Aduh, berat sekali.. Apa sih muatan Pak Tani? Ugh."
Kasihan Donki keberatan menarik gerobak! Pak Tani mendengar kecipak air
tatkala Donki sibuk berenang. Segera dibuangnya beberapa karung kapuk ke
tepi sungai. Sampai gerobaknya agak kosong dan Donki kuat menariknya ke
seberang.
Akhirnya semua selamat. Namun, sejak itu Donki tidak berani lagi bertingkah
sok pintar!
[Dongeng ini diambil dari Kumpulan Dongeng Sedunia, yang dialihbahasakan
oleh Widya Kirana]
Monday, January 23, 2006
Telur Emas
Di sebuah desa, tinggallah seorang peternak. Peternak ini hidup dari menjual
telur. Akhir-akhir ini, peternak itu sering sekali mengeluh. Ia kesal karena
ayam-ayamnya tidak lagi bertelur sebanyak seperti biasanya.
"Huh, ada apa sih dengan ayam-ayamku ini? Kenapa telur mereka sedikit
sekali?"
Pak Peternak sudah mencoba mengganti makanan untuk ayam-ayam itu dengan
makanan yang istimewa. Tapi tak ada hasilnya. Tetap saja, ayam-ayam itu
bertelur sedikit.
Suatu hari, saat Pak Peternak sedang memeriksa telur di antara jerami, ia
melihat sesuatu yang mengkilap. "Wah, apa itu? Telur emas?"
Pak Peternak terkejut sekali! Ia masih tidak yakin, kalau ayamnya menelurkan
telur emas. Jangan-jangan ia bermimpi. Ia periksa telur itu dengan seksama.
Ya! Memang benar! Itu adalah telur emas! Pak Peternak senang sekali! "Ini
baru ayamku yang hebat!" Teriaknya gembira.
Pak Peternak lalu mengambil ayam istimewa yang telah menelurkan telur emas.
Ia pisahkan ayam itu dari ayam-ayam yang lain. Pak Peternak memberikan
tempat yang nyaman dan tenang, supaya ayam bisa bertelur emas lagi.
"Kalau aku bisa mendapatkan satu telur emas, satu butir saja setiap hari,
pasti aku bisa jadi peternak paling kaya di desa ini." Gumamnya.
Setiap pagi, Pak Peternak mengangkat ayam itu dan memeriksa di antara jerami
apakah ada telur emas. Setiap kali itu pula, tak ada sebutir pun telur emas
disana. Bahkan telur biasa pun juga tidak ada. Pak Peternak tak menyerah, ia
tetap terus melakukannya setiap pagi.
Sementara itu, ayam istimewa itu justru mulai merasa lelah karena setiap
pagi diangkat untuk diperiksa telurnya. Walaupun pada awalnya, ia tidak
merasa keberatan, namun kali ini ia tidak bisa bersabar lagi.
Akhirnya, ayam itu memutuskan untuk menelurkan telur-telur biasa saja. Satu
butir sehari, seperti ayam-ayam yang lain.
Wah, Pak Peternak jadi marah saat menemukan telur-telur biasa itu!
"Aku sudah memberikan semua yang istimewa untukmu, tapi kau malah menelurkan
telur-telur biasa! Yang aku mau adalah telur emas!"
Karena dimarahi oleh Pak Peternak, ayam itu jadi makin kesal. Ia malah tidak
mau bertelur sama sekali! Bahkan, ayam-ayam yang lain jadi ikut-ikutan
kesal! Semua ayam di peternakan itu mogok bertelur! Sejak hari itu, Pak
Peternak jadi tidak mendapatkan satu butir telur pun!
"Wah, bagaimana ini? Aku bisa bangkrut kalau aku tidak mendapatkan telur!"
Maka, ayam-ayam itu membuat perjanjian dengan Pak Peternak. Mereka berjanji
akan bertelur lagi, asalkan Pak Peternak mau merubah sikapnya menjadi lebih
baik dan sabar. Pak Peternak lalu mengakui kesalahannya dan berjanji,"Selama
ini aku hidup dari telur-telur yang diberikan ayam-ayamku. Kalau mereka tak
mau bertelur, aku bisa bangkrut. Baiklah, mulai sekarang aku akan
memperlakukan semua ayam-ayamku dengan lebih baik."
Akhirnya, semua ayam di peternakan mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka
pun jadi bertelur lebih banyak setiap paginya. Pak Peternak jadi ikut
bahagia, walaupun tak mendapatkan telur emas lagi.
[Dongeng ini diambil dari 365 Cerita Sebelum Tidur, yang ditulis oleh
Maureen Spurgeon]
****Jadi Manusia jgn serakah, jgn selalu ingin sesuatu yg berlebihan....kebahagiaan tidak selalu pada harta, kalo kita selalu merasa cukup moga2 rejeki itu selalu ditambahkan olehNya****
Friday, January 20, 2006
Pipin, Si Burung Kecil
sarang diantara cabang-cabang pohon. Suatu hari, Pipin terbang mencari
makan. Ia lalu istirahat sejenak dengan hinggap di cabang sebuah pohon.
Tiba-tiba, datanglah seekor camar laut. Camar laut itu mengejek si Pipin.
Katanya, "Pipin, kehidupan yang kaumiliki pasti sangat membosankan.
Sehari-hari, kau hanya terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Pasti kau
tidak pernah melihat hal-hal yang lain. Lihat dong aku! Aku menjelajah
kemana saja yang aku mau, dari laut ke langit terbuka yang luas!"
Pipin menghela napas, lalu berkata, "Yah.. Memang kau benar, camar laut."
Pipin jadi berpikir. Ia ingin merasakan petualangan yang lebih seru dan
menantang! Maka ia pun berseru! "Aku tak peduli apa yang dikatakan orang
lain! Aku harus terbang jauh dari sini, sekarang juga! Aku ingin mengalami
petualangan yang seru! Aku tak boleh lagi menjalani hidup yang membosankan
ini, lebih lama lagi!"
Maka, Pipin segera terbang melesat menembus langit biru! Pipin merasa sangat
bangga pada dirinya sendiri! Ia merasa seperti burung yang paling hebat di
dunia. Ia terbang melewati pepohonan yang tinggi, menyusuri sungai, terus
sampai ke laut.
Pipin berteriak kegirangan, "Hebat sekali!! Inilah dunia yang pas untukku!"
Pipin tak memikirkan tubuhnya yang lelah setelah menempuh perjalanan
panjang. Indahnya laut membuatnya lupa pada hal itu. Memang laut jauh lebih
indah dari tempat tinggal Pipin dulu. "Aku masih betah tinggal di sini."
Ucapnya.
Tak lama kemudian, Pipin akhirnya lelah juga. Ia lalu pergi mencari tempat
yang nyaman untuk dijadikan sarang. Ia ingin beristirahat. Atas nasihat
camar laut, Pipin memilih membuat sarang di sebuah kapal laut. Mula-mula
Pipin merasa nyaman, namun. "Aduh, tidak enak sekali tidur disini! Keras dan
.. ugh.. goncangan ombak ini membuatku mual! Sarangku di pohon dulu lebih
nyaman." Keluhnya.
Lalu, Pipin mulai merasa lapar. Ia berharap menemukan buah-buahan. Namun, di
laut sama sekali tak ada buah-buahan yang lezat. Camar laut menyuruhkan
memakan makanan mereka. Yaitu ikan mentah. Pipin mencobanya, lalu."Yuck! Aku
tak mungkin makan ini. Sama sekali tidak enak!" Teriaknya.
Pipin jadi rindu sekali pada sarangnya di perkotaan dan buah-buahan di
pepohonan. Ia ingin kembali pulang. Mungkin, kehidupan di kota - seperti
yang dijalaninya - membosankan, tapi itu tak terlalu buruk kan? Buktinya
Pipin selalu ceria dan bahagia tinggal di sana.
[Dongeng diambil dari 365 Cerita Sebelum Tidur, ditulis oleh
Maureen Spurgeon]