Monday, September 19, 2005
Telur Emas
telur. Akhir-akhir ini, peternak itu sering sekali mengeluh. Ia kesal karena
ayam-ayamnya tidak lagi bertelur sebanyak seperti biasanya.
"Huh, ada apa sih dengan ayam-ayamku ini? Kenapa telur mereka sedikit
sekali?"
Pak Peternak sudah mencoba mengganti makanan untuk ayam-ayam itu dengan
makanan yang istimewa. Tapi tak ada hasilnya. Tetap saja, ayam-ayam itu
bertelur sedikit.
Suatu hari, saat Pak Peternak sedang memeriksa telur di antara jerami, ia
melihat sesuatu yang mengkilap. "Wah, apa itu? Telur emas?"
Pak Peternak terkejut sekali! Ia masih tidak yakin, kalau ayamnya menelurkan
telur emas. Jangan-jangan ia bermimpi. Ia periksa telur itu dengan seksama.
Ya! Memang benar! Itu adalah telur emas! Pak Peternak senang sekali! "Ini
baru ayamku yang hebat!" Teriaknya gembira.
Pak Peternak lalu mengambil ayam istimewa yang telah menelurkan telur emas.
Ia pisahkan ayam itu dari ayam-ayam yang lain. Pak Peternak memberikan
tempat yang nyaman dan tenang, supaya ayam bisa bertelur emas lagi.
"Kalau aku bisa mendapatkan satu telur emas, satu butir saja setiap hari,
pasti aku bisa jadi peternak paling kaya di desa ini." Gumamnya.
Setiap pagi, Pak Peternak mengangkat ayam itu dan memeriksa di antara jerami
apakah ada telur emas. Setiap kali itu pula, tak ada sebutir pun telur emas
disana. Bahkan telur biasa pun juga tidak ada. Pak Peternak tak menyerah, ia
tetap terus melakukannya setiap pagi.
Sementara itu, ayam istimewa itu justru mulai merasa lelah karena setiap
pagi diangkat untuk diperiksa telurnya. Walaupun pada awalnya, ia tidak
merasa keberatan, namun kali ini ia tidak bisa bersabar lagi.
Akhirnya, ayam itu memutuskan untuk menelurkan telur-telur biasa saja. Satu
butir sehari, seperti ayam-ayam yang lain.
Wah, Pak Peternak jadi marah saat menemukan telur-telur biasa itu!
"Aku sudah memberikan semua yang istimewa untukmu, tapi kau malah menelurkan
telur-telur biasa! Yang aku mau adalah telur emas!"
Karena dimarahi oleh Pak Peternak, ayam itu jadi makin kesal. Ia malah tidak
mau bertelur sama sekali! Bahkan, ayam-ayam yang lain jadi ikut-ikutan
kesal! Semua ayam di peternakan itu mogok bertelur! Sejak hari itu, Pak
Peternak jadi tidak mendapatkan satu butir telur pun!
"Wah, bagaimana ini? Aku bisa bangkrut kalau aku tidak mendapatkan telur!"
Maka, ayam-ayam itu membuat perjanjian dengan Pak Peternak. Mereka berjanji
akan bertelur lagi, asalkan Pak Peternak mau merubah sikapnya menjadi lebih
baik dan sabar. Pak Peternak lalu mengakui kesalahannya dan berjanji,"Selama
ini aku hidup dari telur-telur yang diberikan ayam-ayamku. Kalau mereka tak
mau bertelur, aku bisa bangkrut. Baiklah, mulai sekarang aku akan
memperlakukan semua ayam-ayamku dengan lebih baik."
Akhirnya, semua ayam di peternakan mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka
pun jadi bertelur lebih banyak setiap paginya. Pak Peternak jadi ikut
bahagia, walaupun tak mendapatkan telur emas lagi.
[Dongeng ini diambil dari 365 Cerita Sebelum Tidur, yang ditulis oleh
Maureen Spurgeon]
Berlian dan Katak
yang sulung sangat mirip dengannya. Wajah dan sikapnya bagai pinang dibelah
dua! Mereka berdua sama-sama angkuh dan pemarah.
Berbeda sekali dengan gadis yang bungsu. Ia mirip sekali dengan ayahnya yang
sudah meninggal. Ia baik sekali dan hatinya lembut. Wajahnya pun cantik.
Namun, ibunya malah benci padanya. Si gadis bungsu sering disuruh melakukan
pekerjaan-pekerjaan berat.
Salah satunya adalah mengambil air setiap hari di sebuah mata air yang jauh
sekali. Suatu hari, seperti biasanya gadis bungsu bertugas mengambil air.
Setelah mengambil seember penuh, gadis bungsu kembali pulang. Di jalan, ia
berjumpa dengan seorang nenek yang miskin. Nenek itu meminta segelas air
untuk diminum,"Gadis cantik, bolehkah aku meminta air? Aku haus sekali."
Gadis bungsu segera menawarkan air yang dibawanya. Ia lalu mengangkat ember
yang dibawanya, supaya nenek itu bisa minum dengan lebih mudah. Nenek minum
sepuasnya, lalu berkata,"Aah.. segarnya.. Terima kasih banyak, Nak. Kamu
gadis yang baik sekali. Hatimu secantik wajahmu. "
Ternyata, wanita tua itu adalah seorang peri cantik yang sedang menyamar. Ia
ingin melihat bagaimana sikap gadis ini terhadap orang lain. Maka, gadis
bungsu pun diberi hadiah. Kata peri,"Setiap kali kamu berbicara, dari
mulutmu akan keluar bunga ataupun perhiasan."
Saat gadis bungsu kembali ke rumah, ibunya sudah menunggu di depan pintu
sambil berteriak marah-marah. "Apa sih yang membuatmu berlama-lama di mata
air?" tanya ibu.
Gadis bungsu menjawab, "Maafkan aku, ibu, karena telah membuatmu menunggu."
Saat gadis bungsu berbicara, keluar dua buah mawar, dua buah mutiara dan dua
buah berlian dari mulutnya! Ibu terkejut melihatnya! Ibu lalu ingin tahu apa
yang telah terjadi.
Gadis bungsu lalu menceritakan apa yang telah dialaminya. Sementara itu,
mutiara dan berlian terus keluar dari mulutnya. Si ibu senang sekali. Ia
langsung mengambil semua yang keluar dari mulut anak bungsunya.
Lalu Ibu segera menyuruh anak sulungnya untuk melakukan hal yang sama. Gadis
sulung senang sekali juga ingin mutiara dan berlian keluar dari mulutnya
kalau ia bicara.
Gadis sulung segera pergi ke mata air sambil membawa teko air perak terbagus
di rumahnya. Namun, di perjalanan, gadis itu menggerutu saja karena jaraknya
jauh!
Tak lama kemudian, sampailah ia di mata air. Ia lalu melihat seorang wanita
yang anggun sekali. Bajunya indah. Wanita itu lalu berkata padanya,"Bolehkah
aku meminta segelas air, gadis manis? Aku haus."
Sebenarnya wanita ini adalah peri yang tadi. Kini ia menyamar sebagai
seorang wanita bangsawan.
Gadis sulung menjawab dengan nada angkuh, "Aku datang kesini bukan untuk
menyediakan air untukmu. Tapi, kalau kau mau, minum saja air ini!". Lalu
gadis sulung menyodorkan begitu saja teko peraknya dengan sangat tidak
sopan.
Wanita anggun itu sadar bahwa si gadis sulung bukanlah gadis yang sopan dan
baik hati. Walaupun begitu, ia tetap memberikan hadiah kepadanya. " Hadiah
apa ya yang kira-kira pantas untukmu?"
Saat kembali ke rumah, ibu sudah menunggu di depan pintu. Dengan tak sabar,
ibu langsung meminta gadis sulungnya bicara. Gadis sulung lalu bicara,
langsung dua ekor ular dan dua ekor katak keluar dari mulutnya! Ibu langsung
pingsan saking terkejutnya!
Tiga Kambing Bernama Gruff
Ketiga kambing ini ingin menggemukkan badannya. Maka mereka mencari makan di
tepi bukit, karena disana terdapat banyak sekali rumput hijau yang segar.
Dalam perjalanan mendaki ke atas, ada sebuah jembatan yang melintas diatas
sebuah sungai yang deras arusnya. Mereka harus melewati jembatan itu jika
mau ke tepi bukit. Sayangnya, jembatan itu dijaga oleh troll yang jelek.
Matanya besar dan hidungnya panjang.
Kambing Gruff termuda mencoba menyeberangi jembatan. Trip, trap, trip, trap!
Begitu bunyi ia melewati jembatan. Lalu tiba-tiba terdengar suara dari bawah
jembatan,"Siapa itu yang melewati jembatanku?"
Itu suara Trol penjaga jembatan. Dengan suara kecilnya, kambing Gruff
termuda menjawab, "Ini aku kambing Gruff terkecil. Aku ingin ke tepi bukit
untuk menggemukkan badan. Ijinkan aku melewati jembatan ini."
Trol lalu berkata,"Enak saja! Kau tidak boleh menyeberang! Aku akan
memakanmu!"
Kambing Gruff termuda ketakutan, tapi ia lalu berkata, "Jangan makan aku.
Tunggu saja sebentar lagi, kakakku akan lewat. Ia lebih besar daripada aku.
Pasti kamu lebih kenyang."
Mendengar itu, Trol lalu berkata,"Baiklah. Silahkan lewat."
Lalu datanglah Kambing Gruff yang kedua. Ia melewati jembatan. Trip, trap,
trip, trap. Trol mendengar bunyi itu. Ia lalu berteriak,"Siapa itu yang
melewati jembatanku? Berani-beraninya! Akan kumakan kamu!"
Kambing Gruff kedua ketakutan, tapi ia lalu berkata, "Jangan makan aku!
Tunggu sebentar lagi akan lewat kakakku. Ia lebih besar dari aku."
Troll berpikir sejenak, lalu berkata,"Baiklah, satu kali ini saja kau boleh
lewat."
Tak lama kemudian, Kambing Gruff ketiga melewati jembatan. Trip, trap, trip,
trap. Bunyinya keras sekali, karena Kambing Gruff yang ketiga bertubuh
besar. Troll kembali berteriak,"Siapa lagi itu? Pasti kambing Gruff ketiga,
yang paling gemuk! Bersiap-siaplah, kau akan menjadi santapanku siang ini!"
Kambing Gruff ketiga menjawab, "Ya, ya, aku akan bersiap-siap! Aku mempunyai
dua buah tanduk besar. Akan aku seruduk badanmu!"
Kambing Gruff ketiga langsung menyeruduk Trol. Trol yang tidak siap,
langsung jatuh terjerembab. Sejak saat itu, jembatan itu tak lagi dijaga
oleh Trol. Ketiga kambing Gruff bisa dengan leluasa melewatinya untuk menuju
tepi bukit.
Kini ketiganya gemuuk sekali. Saking gemuknya, mereka sampai kesulitan
melewati jembatan walaupun sudah tak ada si Trol.
Friday, September 02, 2005
Si Burung Bangau
berjalan-jalan menelusuri sungai. Sambil berjalan-jalan, bangau itu juga
ingin mencari makan. Ia berjalan perlahan-lahan dengan kakinya yang kecil
dan panjang, sambil melihat-lihat ke sungai.
Tak berapa lama, bangau itu melihat seekor ikan sedang berenang-renang di
sungai yang jernih. Ikan itu tak terlalu besar, tapi itu ikan kesukaan
bangau. Yaitu ikan mas. Kalau mau, bangau itu bisa menangkapnya dengan
sangat mudah. Namun, bangau itu berpikiran lain,"Ikan itu kurang besar.
Lagipula aku masih belum terlalu lapar. Akan aku tunggu ikan lain yang lebih
besar saja."
Ya, bangau memang tidak mau makan kalau ia tidak benar-benar lapar. Jadi, ia
biarkan saja ikan itu berenang. Bahkan waktu ikan itu mendekatinya, bangau
tidak berusaha untuk menangkapnya. Ia malah terus saja berjalan. Bangau itu
ingin mendapatkan ikan yang lebih besar. Dengan sombong, bangau berkata,
"Ikan kecil bukan makanan yang tepat untuk bangau seperti aku!"
Bangau lalu melanjutkan perjalanannya menyusuri sungai. Dalam perjalanan
itu, bangau kemudian bertemu dengan seekor ikan mas kecil. Ikan itu lebih
kecil dari yang ia temui tadi. Bangau hanya memandang ikan itu sebelah mata.
"Lagi lagi ikan kecil! Bukan makanan untuk seekor bangau seperti aku! Aku
pantasnya makan ikan yang besar dan gemuk!"
Sekali lagi, bangau itu membiarkan ikan berenang menjauh. Bangau bahkan tak
berusaha untuk menangkapnya.
Bangau melanjutkan perjalanannya. Tak lama, matahari mulai tinggi. Bangau
mulai merasa lapar. Ia terus berjalan sambil berharap menemukan ikan yang
besar dan gemuk.
Tak terasa, malam pun tiba. Bangau masih juga kelaparan. Ia belum menemukan
ikan yang diinginkannya. Bangau pun kini berjalan-jalan di pinggiran desa.
Ia mencari makanan lain disana. Siapa tahu ada sisa-sisa makanan yang bisa
ia makan.
Sambil mencari sisa-sia makanan, bangau membayangkan dua ekor ikan yang ia
temui di sungai. Ia menyesal sekali tidak menangkap ikan-ikan itu. Padahal
kesempatannya sudah di depan mata, tapi ia lewatkan begitu saja. Ia terlalu
sombong untuk memakan ikan kecil.
Kini, bangau itu hanya makan remah-remah roti yang terjatuh di tanah. Sambil
makan, bangau itu berpikir, "Kalau aku tak sombong, pasti aku makan nikmat
hari ini.. Ah, aku menyesal!"
Ternyata bangau itu masih memikirkan dua ekor ikan segar yang lezat yang
seharusnya bisa ia dapatkan tadi.
[Dongeng ini diambil dari 365 Cerita Sebelum Tidur, yang ditulis oleh
Maureen Spurgeon]
Hadiah Orang-orang Mungil
Suatu malam, setelah matahari terbenam, mereka mendengar musik di kejauhan.
Suaranya aneh, tapi sangat merdu. Tukang jahit dan tukang kayu bergegas
mencari asal suara itu.
Mereka berjalan terus, sampai tiba di sebuah bukit. Dari kejauhan, mereka
melihat sekelompok orang mungil sedang menyanyi dan menari membentuk
lingkaran. Mereka terlihat begitu bergembira. Di tengah lingkaran, duduklah
seorang kakek mungil dengan janggut kelabu panjang.
Tukang jahit dan tukang kayu berdiri menyaksikan tarian itu dengan
terpesona. Ketika kakek itu melihat mereka, ia berkata,"Kemarilah! Ikutlah
menari bersama kami."
Lalu tukang jahit dan tukang kayu segera ikut menari. Tak lama kemudian,
kakek itu mengambil pisau dari sabuknya dan memandang tukang kayu dan tukang
jahit. Tukang kayu dan tukang jahit ketakutan, tapi tak ada waktu untuk
melarikan diri. Secepat kilat, kakek itu mencukur seluruh rambut mereka.
Begitu kakek selesai, ia berkata,"Terima kasih ya! Sebagai ucapan terima
kasihku, ambilah beberapa batu bara di tumpukan sana. "
Tukang kayu dan tukang jahit tak tahu apa guna batu bara itu. Tapi mereka
ambil saja beberapa dan memasukkannya ke dalam kantung mantelnya.
Keduanya lalu pulang ke rumah. Pagi harinya, tukang jahit dan tukang kayu
hendak berangkat kerja. Mereka lalu mengenakan mantelnya. Tapi, mantelnya
terasa berat. Ketika dirogoh, ternyata bukan batu bara yang ada di dalam
kantung, melainkan bongkahan emas! Emas murni!! Dan ketika mereka saling
pandang, rambut mereka sudah tumbuh lagi, setebal sebelumnya!
Kini tukang jahit dan tukang kayu sudah kaya. Namun, ternyata tukang kayu
serakah. Ia ingin mendapatkan emas lagi.
Maka, tukang kayu kembali ke bukit tempat kakek mungil tinggal. Saat itu,
orang-orang mungil sedang bernyanyi dan menari membentuk lingkaran. Sama
seperti yang dilihatnya dulu. Kakek mungil lalu melihat si tukang kayu.
Kakek mungil menyapanya,"Kau lagi, tukang kayu? Senang sekali kau datang. "
Lalu, sekali lagi, kakek mungil mengeluarkan pisaunya dan mencukurnya rambut
tukang kayu sampai botak. Kemudian, kakek berkata lagi,"Terima kasih atas
sumbangan rambutmu ini. Ambillah beberapa buah batu bara."
Karena serakah, tukang kayu segera mengambil batu bara sebanyak-banyaknya.
Sampai kantung mantelnya penuh sekali. Tukang kayu lalu mengucapkan terima
kasih dan langsung menuju rumah.
Tukang kayu gembira sekali telah membawa pulang banyak batu bara. Ia
berharap keesokan paginya, semua batu bara itu akan berubah menjadi emas
murni.
Pagi-pagi sekali, tukang kayu bangun. Ia langsung memeriksa kantung
mantelnya. Tapi ia terkejut sekali, karena yang ia temukan hanya batu bara
hitam yang berdebu. Tak ada emas!! Ia merogoh terus-menerus, hingga
tangannya menjadi kotor. Tukang kayu lalu memeriksa emas yang dimilikinya
sebelumnya. Ternyata emas itu telah berubah lagi menjadi batu bara! Tak
hanya itu, ketika ia memegang kepalanya, ternyata kepalanya masih sebotak
telur!!!
Yah, begitulah nasib orang yang serakah. Mau untung, malah buntung.
[Dongeng ini diambil dari Kumpulan Dongeng Sebelum Tidur, yang disusun oleh
Ronne P. Randall]
Mahkota Raja Roger
dihiasi beragam jenis permata. Selain itu, Raja juga memiliki kota,
lapangan, peternakan, perkebunan dan binatang-binatang. Raja Roger tidak
membutuhkan apa-apa lagi, karena semuanya sudah dimilikinya.
Raja Roger sangat suka berkuda. Hampir setiap hari, Raja melakukannya.
Seperti pada suatu pagi yang cerah, Raja Roger memutuskan hendak berkuda
melewati hutan."Pagi-pagi seperti ini, paling enak, berkuda dulu sebelum
memulai pekerjaanku yang lain."
Ada kebiasaan yang dilakukan Raja Roger kalau hendak berkuda. Raja Roger
harus berdandan lebih dahulu.
"Aku akan mengenakan mantel woll ungu ini. Cocok sekali. Jam tangan berlapis
emas harus dipakai, agar aku tetap ingat waktu. Oya, yang ini tak boleh
lupa. Mahkotaku yang gemerlapan. Mmm.. bagaimana caranya supaya mahkota ini
tak jatuh ya? Mmmm.. Aha! Akan kuikat dengan karet gelang!"
Karet gelang? Masa mahkota diikat dengan karet gelang. Wah, Raja jadi
terlihat lucu. Tapi, apa mau dikata, itulah yang diinginkan Raja.
Lalu, Raja menyuruh pelayannya untuk menghias kudanya. Kuda kerajaan yang
akan ditunggangi Raja diberi pelana berwarna emas. Raja Roger pasti terlihat
gagah mengendarai kuda itu.
Setelah semuanya siap, Raja memulai perjalanannya berkuda melewati hutan.
Saat sedang melewati pepohonan, tiba-tiba mahkota Raja tersangkut ranting.
Raja bingung,"Lho.. Ada apa ini! Aduh, mahkotaku tersangkut!!"
Karena ada karet gelang, kepala Raja terjebak antara mahkota dan karet
gelang. Sementara kuda terus berjalan.
Karet gelang itu tertarik kuat. Sampai ranting jadi tak kuat menahannya dan
patah.
Mahkota itu pun terlempar kembali. Cepat sekali! Untung Raja cepat menunduk,
jadi ia tak terkena mahkota itu. Namun, justru terkena kuda yang
ditumpanginya. Karena terkejut, kuda itu langsung lari kencang sekali.
Kuda lalu berlari masuk ke dalam kota. Orang-orang yang ada di pinggir
jalan, langsung minggir. Rombongan Raja tanpa mahkota sungguh membuat mereka
terkejut. Sementara itu, Raja yang masih terus berpegangan pada kudanya,
berteriak ketakutan,"Aduh! Cepat tolong aku! Tolong sebelum aku terjatuh!!"
Tak ada yang bisa menolong, karena kuda Raja berlari kencang sekali.
Akhirnya, kuda kerajaan tiba di istana. Tapi bukannya masuk melewati pintu
gerbang, kuda itu malah tiba-tiba berhenti di depan sebuah kolam. Akibatnya,
Raja Roger terlempar dari pelananya, dan terjebur di dalam kolam.
Mantel woll Raja Roger basah dan kotor terkena lumpur. Raja Roger menyesal
telah mengenakan mantelnya yang bagus untuk berkuda.
Tapi kini, Raja Roger sudah belajar dari kesalahannya. Kini kalau hendak
berkuda, Raja Roger akan mengenakan mantel dan topi khusus berkuda. Dan ada
satu lagi yang tak pernah lupa dipakainya. Yaitu ban berenang! Agar kalau
terjatuh di kolam, Raja tidak tenggelam.
[Dongeng ini ditulis oleh Martin Bailey, diambil dari Seri Cocky's Circle
Little Books]